Olivia Marriamne Raffles
well, ini pertama kalinya saya menulis sebuah artikel di blog ini.
sebenarnya sih, tidak bisa dibilang artikel juga, karena ini adalah tulisan
yang cukup singkat dan saya rasa belum bisa dibilang artikel. Ahh.. akhirnya
blog saya bisa ditulis hal yang berguna juga setelah sekian lama tumblr ini
serasa instagram bagi saya.
Baiklah, saya mungkin tidak akan
berpanjang lebar mengenai hal ini mengingat ini sudah sering dibahas
sebelumnya. Tapi, walaupun bercerita sama, belum tentu dari sudut pandang yang
sama, bukan?
Ketika itu (saya lupa tanggal berapa
tepatnya) bulan November 2014, saya dan teman-teman seangkatan (tentu saja
dengan beberapa guru) pergi ke Kebun Raya Bogor. Sebenarnya bukan hanya ke KRB
(baiklah, kita sepakat bahwa kita akan menggunakan singkatan ini untuk Kebun
Raya Bogor. Hahaha.. sepihak sekali saya) yang kami kunjungi. Akan tetapi kami
juga ke SEAMEO-BIOTROP yang sejenis tempat pengembangan spesies-spesies
tumbuhan tropis yang berkawasan di Asia Tenggara. Tempat ini merupakan salah
satu lembaga milik ASEAN (iya, ASEAN yang itu. kita satu pikiran, kan?). Eits,
tapi bukan itu yang jadi pokok pembahasan saat ini.
Kami mengunjungi KRB sebenarnya
bertujuan untuk mengetahui spesies apa saja yang ada di sini. Eh, maksudnya
tumbuh-tumbuhan. Kita tahu sendiri, lah. Ratusan jenis tumbuhan tersedia di
sini. Tujuan kami adalah sebenarnya berhubungan dengan karya ilmiah remaja yang
digunakan sebagai syarat untuk megikuti ujian nasional dan tentu saja syarat
kenaikan kelas. Yah, walaupun saya ada di lingkup tema kir yang sosial,
sehingga saya tidak benar-benar memperhatikan dan hanya berdecak kagum melihat
sesuatu yang terlihat baru di mata saya. Hahaha.
Ok, back to
topic! Sebelumnya, saya mau minta maaf
dulu karena saya menggunakan bahasa yang sama sekali tidak baku dan tentu saja
akan sering salah fokus. Baiklah, kami sampai di KRB sudah di siang hari
tepatnya selepas dhuhur dan kemudian selesai shalat, kami langsung pergi ke
Museum Zoologi dan diberi pengarahan bla..bla..bla..(karena bagi saya ini tidak
penting, makan saya akan men-skip saja)
Tunggu. Apa? Kalian ingin tahu apa
‘bla..bla..bla..’ itu? ah, itu terlalu panjang untuk diungkapkan. Maksud saya,
yah tahu sendiri bagaimana panjangnya jika mempresentasikan KRB mulai
sejarahnya, apa saja isinya, dan segala macam di dalamnya.
Selesai presentasi, kami segera
berkeliling KRB. Menyenangkan sekali udara di sana. Apalagi ketika kami
berkeliling, pada saati itu sudah sore dan tentu saja membuat udara menjadi
lebih sejuk dan segar. Tak berapa lama saya dan teman-teman berjalan, kami
sampai di sebuah tugu yang merupakan saksi kisah cinta antara dua insan yang
memadu kasih.
Ya, siapa lagi kalau bukan sang
pemugar KRB, pasangan Raffles yang konon kisah cintanya begitu mengharukan?
Suasana tengah ramai, dengan banyaknya para orangtua, anak-anak, muda-mudi,
tengah bermain di sekitarnya. Batin saya bercakap, mengapa tak ada satupun yang
melirik tugu bersejarah ini?
Oke, baiklah mari kita berhusnudzon,
mungkin saja mereka sudah melihatnya tadi atau sedang sibuk dengan urusan yang
lebih penting dari sekedar melihat tugu yang mungkin jika orang melihatnya
hanya akan terlihat seperti tugu biasa.
Walaupun tidak tertulis jelas dengan
pasti tentang kisah cinta mereka, siapapun yang melihatnya tentu akan berdecak
kagum terhadap tugu yang dibangun atas nama cinta. Sama seperti taj mahal, yang
sekali lihat, kita tentu secara langsung akan segera mengetahui bahwa bangunan
ini dibangun atas nama cinta yang amat sangat dalam.
Pertanyaan pertama, mengapa Thomas
membuat tugu ini? mengapa tidak sesuatu yang lebih abadi, misalkan istana yang
dibuat Shakhzan Khan untuk istri tercintanya, Mumtaz Mahal? Tidak. Mungkin
memang hal itu lebih abadi, akan tetapi apakah cinta butuh kemewahan? Cukuplah
tugu tersebut menjadi siar bagi semua orang bahwa kedua insan benar-benar
sungguh mencintai. Bukankah, cinta jika disiarkan begitu berlebihan akan
membuat rasa cinta tersebut menjadi hampa?
Kedua, mengapa kisah cinta antara
Thomas dan Olivia begitu tak terekspos? Maksudnya, kita hanya sebatas tahu
bahwa mereka saling mencintai dan tak ada novel atau film yang membahasnya? Oh
sungguh, cinta tak butuh itu semua. Cukup saling mengetahui bahwa mereka saling
mencinta itu sudah. Jikapun hendak menceritakan itu semua, adakah kata-kata
yang sanggup merepresentasikan cinta mereka?
Baiklah, hahaha.. mungkin cukup aneh
bagi saya untuk menulis tentang hal seperti ini mengingat bahwa saya pernah
merasakannya saja tidak. Tapi, tak perlu merasakannya, bukan jika cukup sekali
melihat seluruh dunia sudah mengetahuinya?
Mungkin jika masih penasaran dengan
jumpalitan (?) kisah kasihnya, saya rasa puisi yang dibuat Thomas ini sudah
cukup. Misterius itu, indah kan?
Sebuah goresan
cinta berupa larik-larik puisi karya Raffles.
Oh thou whom
neer my constant heart
One moment hath forgot
Tho fate severe hath bid us part
Yet still – forget me not
One moment hath forgot
Tho fate severe hath bid us part
Yet still – forget me not
“Oh kau yang tak pernah satu kali pun
terlupakan oleh detak jantungku. Takdir yang keji telah memisahkan kita. Namun,
jangan pernah lupakan aku.”
Sumber : dari berbagai sumber terutama
google, terimakasih atas semuanya :D
NB: postingan ini sudah pernah saya post di tumblr pribadi saya dwiftrtlumh.tumbr.com silakan berkunjung jika berkenan. haha :D
NB:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar