Hujan Salju

Minggu, 30 November 2014

Untaian Kasih dari Buitenzorg




 Olivia Marriamne Raffles


well, ini pertama kalinya saya menulis sebuah artikel di blog ini. sebenarnya sih, tidak bisa dibilang artikel juga, karena ini adalah tulisan yang cukup singkat dan saya rasa belum bisa dibilang artikel. Ahh.. akhirnya blog saya bisa ditulis hal yang berguna juga setelah sekian lama tumblr ini serasa instagram bagi saya.

Baiklah, saya mungkin tidak akan berpanjang lebar mengenai hal ini mengingat ini sudah sering dibahas sebelumnya. Tapi, walaupun bercerita sama, belum tentu dari sudut pandang yang sama, bukan?


Ketika itu (saya lupa tanggal berapa tepatnya) bulan November 2014, saya dan teman-teman seangkatan (tentu saja dengan beberapa guru) pergi ke Kebun Raya Bogor. Sebenarnya bukan hanya ke KRB (baiklah, kita sepakat bahwa kita akan menggunakan singkatan ini untuk Kebun Raya Bogor. Hahaha.. sepihak sekali saya) yang kami kunjungi. Akan tetapi kami juga ke SEAMEO-BIOTROP yang sejenis tempat pengembangan spesies-spesies tumbuhan tropis yang berkawasan di Asia Tenggara. Tempat ini merupakan salah satu lembaga milik ASEAN (iya, ASEAN yang itu. kita satu pikiran, kan?). Eits, tapi bukan itu yang jadi pokok pembahasan saat ini.

Kami mengunjungi KRB sebenarnya bertujuan untuk mengetahui spesies apa saja yang ada di sini. Eh, maksudnya tumbuh-tumbuhan. Kita tahu sendiri, lah. Ratusan jenis tumbuhan tersedia di sini. Tujuan kami adalah sebenarnya berhubungan dengan karya ilmiah remaja yang digunakan sebagai syarat untuk megikuti ujian nasional dan tentu saja syarat kenaikan kelas. Yah, walaupun saya ada di lingkup tema kir yang sosial, sehingga saya tidak benar-benar memperhatikan dan hanya berdecak kagum melihat sesuatu yang terlihat baru di mata saya. Hahaha.

Ok, back to topic! Sebelumnya, saya mau minta maaf dulu karena saya menggunakan bahasa yang sama sekali tidak baku dan tentu saja akan sering salah fokus. Baiklah, kami sampai di KRB sudah di siang hari tepatnya selepas dhuhur dan kemudian selesai shalat, kami langsung pergi ke Museum Zoologi dan diberi pengarahan bla..bla..bla..(karena bagi saya ini tidak penting, makan saya akan men-skip saja)

Tunggu. Apa? Kalian ingin tahu apa ‘bla..bla..bla..’ itu? ah, itu terlalu panjang untuk diungkapkan. Maksud saya, yah tahu sendiri bagaimana panjangnya jika mempresentasikan KRB mulai sejarahnya, apa saja isinya, dan segala macam di dalamnya.


Selesai presentasi, kami segera berkeliling KRB. Menyenangkan sekali udara di sana. Apalagi ketika kami berkeliling, pada saati itu sudah sore dan tentu saja membuat udara menjadi lebih sejuk dan segar. Tak berapa lama saya dan teman-teman berjalan, kami sampai di sebuah tugu yang merupakan saksi kisah cinta antara dua insan yang memadu kasih.

Ya, siapa lagi kalau bukan sang pemugar KRB, pasangan Raffles yang konon kisah cintanya begitu mengharukan? Suasana tengah ramai, dengan banyaknya para orangtua, anak-anak, muda-mudi, tengah bermain di sekitarnya. Batin saya bercakap, mengapa tak ada satupun yang melirik tugu bersejarah ini?

Oke, baiklah mari kita berhusnudzon, mungkin saja mereka sudah melihatnya tadi atau sedang sibuk dengan urusan yang lebih penting dari sekedar melihat tugu yang mungkin jika orang melihatnya hanya akan terlihat seperti tugu biasa.

Walaupun tidak tertulis jelas dengan pasti tentang kisah cinta mereka, siapapun yang melihatnya tentu akan berdecak kagum terhadap tugu yang dibangun atas nama cinta. Sama seperti taj mahal, yang sekali lihat, kita tentu secara langsung akan segera mengetahui bahwa bangunan ini dibangun atas nama cinta yang amat sangat dalam.



Pertanyaan pertama, mengapa Thomas membuat tugu ini? mengapa tidak sesuatu yang lebih abadi, misalkan istana yang dibuat Shakhzan Khan untuk istri tercintanya, Mumtaz Mahal? Tidak. Mungkin memang hal itu lebih abadi, akan tetapi apakah cinta butuh kemewahan? Cukuplah tugu tersebut menjadi siar bagi semua orang bahwa kedua insan benar-benar sungguh mencintai. Bukankah, cinta jika disiarkan begitu berlebihan akan membuat rasa cinta tersebut menjadi hampa?

Kedua, mengapa kisah cinta antara Thomas dan Olivia begitu tak terekspos? Maksudnya, kita hanya sebatas tahu bahwa mereka saling mencintai dan tak ada novel atau film yang membahasnya? Oh sungguh, cinta tak butuh itu semua. Cukup saling mengetahui bahwa mereka saling mencinta itu sudah. Jikapun hendak menceritakan itu semua, adakah kata-kata yang sanggup merepresentasikan cinta mereka?

Baiklah, hahaha.. mungkin cukup aneh bagi saya untuk menulis tentang hal seperti ini mengingat bahwa saya pernah merasakannya saja tidak. Tapi, tak perlu merasakannya, bukan jika cukup sekali melihat seluruh dunia sudah mengetahuinya?

Mungkin jika masih penasaran dengan jumpalitan (?) kisah kasihnya, saya rasa puisi yang dibuat Thomas ini sudah cukup. Misterius itu, indah kan?
Sebuah goresan cinta berupa larik-larik puisi karya Raffles.

Oh thou whom neer my constant heart
One moment hath forgot
Tho fate severe hath bid us part
Yet still – forget me not

 “Oh kau yang tak pernah satu kali pun terlupakan oleh detak jantungku. Takdir yang keji telah memisahkan kita. Namun, jangan pernah lupakan aku.”




Sumber : dari berbagai sumber terutama google, terimakasih atas semuanya :D



NB: postingan ini sudah pernah saya post di tumblr pribadi saya dwiftrtlumh.tumbr.com silakan berkunjung jika berkenan. haha :D

 


NB: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar